Indikator "kantor idaman" itu
ukurannya berbeda bagi setiap orang. Ada yang berharap kantornya
menjamin fasilitas antar jemput untuk karyawan, ada juga yang
memimpikan kantornya punya fasilitas fitness & sauna jadi
sepulang kerja sambil nunggu macet bisa olahraga dulu, ada juga yang
punya ekspektasi desain kantornya mirip kantor Google atau Kaskus
supaya bisa foto dan update di media sosial *penting banget!
Setiap orang memang punya
banyak kriteria untuk menggambarkan sebuah ungkapan tentang kantor
idaman. Kenapa kita punya ekspektasi soal kantor idaman? Alasannya
sederhana: hampir dari jam 08.00 sampai jam 17.00 (belum kalau
lembur) kita berada di kantor. Artinya kita menghabiskan hampir
separuh waktu hidup berada di kantor, bergaul dengan komputer,
bercengkrama dengan dia lagi dia lagi dan menghabiskan pekerjaan yang
sebenernya gak bakal ada habisnya juga. Pada akhirnya ibarat orang
yang tersesat di gurun Sahara dan berharap menemukan oase kita pun
mulai berkhayal seandainya kantor saya begini atau begitu, andai
kantor ini seperti kantor si dia yang bulan dapat jatah sembako.
Banyak sekali pengandaian
dan untaian harapan yang secara tidak sadar tertanam dalam otak kita
mengenai gambaran kantor idaman. Bagi saya sendiri, kantor idaman itu
punya kriterianya tersendiri, buat saya loh ya:
- Jam kerja fleksibel. Karyawan boleh masuk jam berapa saja dan boleh pulang jam berapa saja selama pekerjaannya beres. Rasanya banyak perusahaan yang sudah membuktikan bahwa dengan tidak menekan karyawan dengan tuntutan jam kerja, justru kinerja si karyawan malah lebih produktif.
- Lingkungan kerja membangun. Hampir 9 jam waktu hidup kita habiskan di kantor, belum kena macet waktu berangkat kerja plus harus pasrah rela ikhlas (gak juga sih sebenernya) pulang ngantor kena macet lagi. Kita ingin pulang kerja menjadi pribadi yang lebih baik entah itu secara spiritual, intelektualitas ataupun secara sosial. Tempat kerja yang bisa membangun potensi karyawan untuk lebih berkembang menurut saya keren banget karena mereka sadar bahwa karyawan itu aset terbesar yang harus dididik dan dibangun potensinya.
- Dekat dengan kostan. Kembali lagi kan ini kriteria versi saya ya, hari gini siapa yang mau rumahnya di Sawangan tapi kerjanya di Muara Angke? Hehe ya saya selalu berharap punya kantor yang dekat dengan tempat tinggal supaya gak mesti jalan habis sholat subuh dan pulang tanpa sempat lihat sunset Jakarta. Hehe...
Tapi, semakin mencari
kantor idaman, semakin pula kita dihadapkan dengan realita bahwa ada
gak sih kantor yang sempurna seperti jodoh idaman kita? #DAMN!
Kenyataannya? Kita harus berhadapan dengan fakta bahwa gak ada kantor
yang sempurna, ada aja cacatnya. Sebagai contoh salah seorang teman
saya bekerja di sebuah perusahaan multinasional yang punya fasilitas
fitness & sauna, kita mungkin iri dibuatnya, kita lihat fasilitas
itu sebagai bentuk perhatian perusahaan supaya karyawan rajin
olahraga dan gak kebanyakan ngemil di jam 10 pagi haha! Padahal,
teman saya selalu cerita kalau kerjaannya saking banyaknya bisa buat
dia pulang jam 11 malam hampir setiap hari.
Atau cerita teman saya
yang dikasih hadiah liburan tahunan ke Eropa, kembali kita pasti
lihatnya keren banget nih kantor, padahal teman saya ini kerja bisa
sampai jam 3 dini hari (pulang kantor habis sholat Tahajud dulu di
mushola kantor) haha... Akh! Salah gak sih kita berharap bisa
menemukan kantor idaman? Akhirnya saya jawab salah! Kalau kamu ingin
mendapatkan kantor idaman, sampai kapanpun kamu selalu membandingkan
kantormu dengan punyanya si anu atau si dia.
Pernah denger ungkapan
yang bilang bahwa “kebahagiaan itu diciptakan bukan dicari”
mungkin kesimpulan yang tepat buat menutup fakta bahwa cobalah
bahagia di tempat kamu sekarang berada. Kalau masih belum mempan
mungkin kamu harus diingatkan lagi dengan ungkapan “rumput tetangga
memang selalu lebih hijau” supaya kamu ingat kalau gak akan ada
habisnya membandingkan apa yang kamu punya dengan milik orang lain.
Obrolan saya tentang
kantor idaman ini kemudian disambut oleh temen kuliah saya yang
sekarang bisa mendirikan start-up business Mie Ramen di Sumedang.
“Kita gak kepengen jadi robot, kerja jam 08.00 sampai jam 17.00
pergi kena macet dan pulang kena macet juga, itu berlangsung hampir
tiap hari dalam seminggu”, ungkap Dinan & calon suaminya yang
memutuskan buat jadi entrepreneur di kota Sumedang – Jawa Barat.
Bagi Dinan, kantor idaman
itu ya kantor punyanya sendiri yang dia bangun dengan usahanya.
Kantor idaman itu ya kantor yang sistemnya dia yang tentukan. Kapan
masuk, kapan keluar, kapan libur, mau bekerja dengan siapa yang dia
inginkan atau mau menerapkan konsep restoran seperti apa. Baginya itu
kriteria kantor idaman yang membuatnya nyaman dan mantap menjadi
pengusaha.
Lantas bagi kita yang
memilih jalan profesional? Kantor idaman adalah kantor tempat
sekarang kita berada. Ketidaksempurnaan yang kita temui selama
bekerja adalah hal yang harus kita hadapi, perbaiki dan benahi supaya
bisa membuat kita betah. Ciptakan ruang kerja dan lingkungan kerja
yang membuat kita nyaman. Mungkin sebagian dari kamu yang membaca
bakal bilang “itu kan teorinya Ki, kenyataannya loe gak mungkin
bisa ubah sistem sendirian apalagi posisi loe masih seorang kacung!”
Jadi inget ucapan Ayah
saya yang selalu bilang, “Jangan jadi pengecut. Jangan cuma bisa
ngedumel dan mengeluh tapi kenyataannya butuh duit dari kantor. Kalau gak suka ngomong utarakan. Takut dipecat? Kalau
gak cocok ya keluar aja, jangan gadaikan harga diri. Toh kerja yang
kita cari apa sih? Perasaan seneng kan?”.
Jadi, kamu bahagia di
tempatmu saat ini berada? Masih mau mencari kantor idaman? Kejar!